Tuesday, May 16, 2017

Niat Baik Tetapi Menjadi Petaka Bagi Diri Sendiri: Hati-Hati.!

Niat merupakan suatu maksud yang hendak dikerjakan oleh seseorang. Suatu perbuatan dapat menjadi baik apabila terdapat manfaat di dalamnya. Namun, Adakah niat baik akan tetapi menjadi petaka bagi dirinya?

Setiap manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, orang lain sangat tepat bila memberikan masukan dan saran bagi sesama manusia terlebih lagi kaum muslimin dan muslimah. Kita sebagai hamba Allah SWT. wajib meluruskan kemungkaran yang terjadi di hadapan kita. Artinya, menyeru kepada kebaikan merupakan suatu perbuatan yang patut dikerjakan. Tetapi bagaimana bila seseorang telah menyeru pada kebaikan sedangkan dirinya sendiri masih terjerumus pada perbuatan maksiat yang telah dilarangnya kepada orang lain? Apakah ada pahala bagi orang yang seperti itu?

Imam Muslim meriwayatkan di dalam Kitab az-Zuhd wa Raqa’iq di dalam shahihnya sebagai berikut :


حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَاللَّفْظُ لِأَبِي كُرَيْبٍ قَالَ يَحْيَى وَإِسْحَقُ أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرُونَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ قِيلَ لَهُ أَلَا تَدْخُلُ عَلَى عُثْمَانَ فَتُكَلِّمَهُ فَقَالَ أَتَرَوْنَ أَنِّي لَا أُكَلِّمُهُ إِلَّا أُسْمِعُكُمْ وَاللَّهِ لَقَدْ كَلَّمْتُهُ فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَهُ مَا دُونَ أَنْ أَفْتَتِحَ أَمْرًا لَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ فَتَحَهُ وَلَا أَقُولُ لِأَحَدٍ يَكُونُ عَلَيَّ أَمِيرًا إِنَّهُ خَيْرُ النَّاسِ بَعْدَ مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُولُونَ يَا فُلَانُ مَا لَكَ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ فَيَقُولُ بَلَى قَدْ كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ كُنَّا عِنْدَ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ فَقَالَ رَجُلٌ مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَدْخُلَ عَلَى عُثْمَانَ فَتُكَلِّمَهُ فِيمَا يَصْنَعُ وَسَاقَ الْحَدِيثَ بِمِثْلِهِ


Yahya bin Yahya, Abu Bakr bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numair, Ishaq bin Ibrahim dan Abu Kuraib (lafazh ini milik Abu Kuraib) menuturkan kepada kami, Yahya dan Ishaq berkata : memberitakan kepada kami, sedangkan di dalam periwayat lainnya mengatakan; menuturkan kepada kami Abu Mu’awiyah; al-A’masy menuturkan kepada kami dari Syaqiq dari Usamah bin Zaid, Syaqiq berkata; ditanyakan kepada Usamah, “Apakah engkau tidak menemui Utsman untuk berbicara dengannya?”.

Maka dia menjawab,"Apakah menurut kalian saya harus menceritakan kepada kalian kalau saya sudah berbicara dengannya? Demi Allah, saya sudah menasihatinya berdua saja, aku tidak ingin membuka pintu fitnah sehingga akan membuatku orang yang pertama kali membukanya. Aku juga tidak akan mengatakan kepada seseorang yang menjadi pemimpinku sebagai orang yang terbaik setelah aku mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Akan didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat nanti kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka lalu isi perutnya terburai, lalu dia berputar-putar karenanya sebagaimana berputarnya keledai mengelilingi penggilingan. Maka berkumpullah para penduduk neraka melihatnya.

Mereka berkata,“Wahai Fulan, apa yang menimpamu, bukankah engkau dahulu memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar kepada kami?”. Maka dia menjawab, “Benar, dahulu aku memang memerintahkan yang ma'ruf tapi aku tidak melakukannya, dan aku melarang yang mungkar namun aku justru melakukannya.”

Utsman bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami, Jarir menuturkan kepada kami dari al-A’masy dari Abu Wa’il, dia berkata; Dulu ketika kami duduk-duduk bersama Usamah bin Zaid maka ada seseorang yang mengatakan, “Apa yang menghalangimu menemui 'Utsman dan berbicara dengannya atas apa yang telah dilakukannya.” kemudian dia membawakan isi hadits ini dengan isi yang sama (HR. Muslim (5305) as-Syamilah).

Misalnya, ada seseorang yang mengatakan bahwa pacaran itu haram di dalam Islam apalagi selalu berkhalwat bersama pacar, maka jangan pacaran. Namun orang yang mengatakan seperti itu, dia malah pacaran. Bahkan dia selalu berkhalwat setiap pulang sekolah dengan pacarnya. Padahal dia menyeru orang lain untuk tidak berkhalwat. Lalu bagaimanakah kedudukan orang yang seperti ini?

Banyak orang yang menganggap bila ia mengajak kema'rufan tetapi ia malah melakukan kemungkaran, hal itu tidak masalah bagi dirinya meskipun hanya sesekali ia lakukan. Berdasarkan Hadits tersebut, dapat kita pahami bahwa orang yang mengajarkan kebaikan akan lebih baik jika ia menjaga dirinya dari perbuatan mungkar. Oleh karena setiap perbuatan pasti memiliki ganjaran, maka tidak ada yang disembunyikan pada Yaumul Akhir kelak. Meskipun kita merasa bahwa hari ini baik-baik saja, lalu apakah kita dapat memastikan bahwa esok akan lebih baik daripada hari ini? Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Allah mengurus segala urusan makhluk-Nya. Maka tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Allah SWT. berfirman di dalam Q.S. Al-'Imran (3): Ayat 5 yaitu :

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَخْفٰى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَآءِ 

Artinya : "Bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan di langit."

Ayat diatas dapat dijadikan peringatan bagi orang-orang yang menyembunyikan kebenaran di dalam hatinya. Ketika seseorang berbohong pada dirinya, tetapi membenarkan untuk orang lain. Hal ini tidaklah benar di dalam Islam. Mengapa mereka bisa melakukan hal demikian?

Pada hakikatnya, setiap perbuatan memiliki hasilnya baik pahala ataupun dosa. Namun mereka yang mengajak kebaikan pada orang lain sedangkan dirinya tidak mengerjakan kebaikan tersebut, maka ia termasuk orang yang sakit pada hatinya. Orang yang seperti ini dapat digolongkan menjadi orang yang zalim. Na'udzubillahi mindzaliik..

Semoga kita dapat menjadi orang yang selalu berpegah teguh pada kebaikan. Barakallahu fiik..

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Subhanaka Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.




No comments:

Post a Comment