Friday, November 4, 2016

Penjelasan Kelompok Mu'tazilah Secara Singkat

Mu'tazilah merupakan salah satu aliran di dalam teologi Islam yang dapat dikategorikan sebagai kaum rasionalis Islam. Kata mu'tazilah berasal dari kata I'tizala, artinya memisahkan diri. Aliran ini pertama kali muncul pada abad kedua Hijriah di Kota Bashrah, Iraq. Ketika itu, Kota Bashrah merupakan kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Oleh karena itu, Kota ini menjadi tempat bertemunya berbagai macam manusia berdasarkan suku, ras, bahkan agama yang berbeda-beda. Akan tetapi, Umat Islam di kota ini semakin berkembang pesat. Sehingga semakin banyak orang yang ingin menghancurkan Islam baik secara internal Umat Islam itu sendiri melalui cara politis maupun secara eksternal Umat Islam melalui cara dogmatis.

Akan tetapi, awal mula munculnya Kelompok Mu'tazilah merupakan sebagai respon politik murni antara Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah. Ketika itu, kaum ini tumbuh sebagai kelompok yang netral politik. Oleh karena itu, Kaum ini menjauhkan diri dari pertentangan antara kelompok Khawarij dan kelompok Syi'ah. Hal inilah yang menyebabkan penamaan kaum ini yang disebut sebagai Kelompok Mu'tazilah.

Setelah itu, pada masa Abasiyyah tepatnya di Kota Bashrah, Iraq pada abad kedua hijriah, ada seorang guru yang bernama Imam Hasan Al-Bashri. Hasan Al-Bashri mempunyai murid yang bernama Washil bin Atha dan ketiga murid lainnya. Kemudian Washil bin Atha bertanya kepada Hasan Al-Bashri mengenai kedudukan orang yang berbuat dosa besar (murtakib al-kabair). Lalu Hasan Al-Bashri menjelaskan kepada Mereka bahwa seorang mukmin yang telah berdosa besar tetaplah seorang mukmin. Sedangkan Washil bin Atha menyatakan bahwa orang yang yang telah berdosa besar bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, melainkan fasikh. Bagi Kaum Mu'tazilah, orang yang seperti ini dikenal sebagai manzilah bain al-manzilatain, artinya posisi diantara dua posisi. Pada akhirnya terjadi perdebatan antara keduanya di dalam pengajian Hasan Al-Bashri. Akibat dari perbedaan pendapat tersebut, Washil bin Atha meninggalkan pengajian tersebut. Berdasarkan peristiwa tersebut, Hasan mengatakan kepada murid-muridnya yang lain bahwa Washil bin Atha telah menjauhkan diri dari kita, dengan sebutan I'tizalna.

Setelah itu, Washil bin Atha membentuk pengajian baru. Pengajian yang telah dibentuk oleh Washil bin Atha semakin lama bertambah pesat. Sehingga pada masa itu, pemerintah berencana untuk menetapkan aliran ini sebagai mazhab resmi negara.

Akan tetapi, karena corak pemikiran Kelompok Mu'tazilah bersifat rasionalis dan cenderung liberal, maka aliran ini mendapat tantangan keras dari kelompok tradisional Islam, terutama golongan Hambali. Ditambah lagi, setelah meninggalnya Al-Ma'mun pada masa Dinasti Abasiyyah pada tahun 833 Masehi, syi'ar mu'tazilah berkurang. Sehingga pemerintah Al-Mutawwakil pada tahun 856 Masehi membatalkan pemikiran Kelompok Mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara.


No comments: